Selasa, 10 Januari 2023

Konspirasi dan Beking Pejabat Birokrasi Pemerintah di Era Jokowi

Oleh : Prof. DR. H. Widhi Handoko, SH, SpN
Akademisi dan Praktisi Hukum

Jokowi masih meninggalkan PR BESAR birokrasi pemerintahan berpola “bahola” birokrasi pemerintahan yang kita kenal KKN jaman orde baru hidup kembali. Masih ingat jaman orde baru yang sering catut nama TNI atau aparat penegak hukum. Saat ini catut nama meluas tidak sekedar TNI atau aparat penegak hukum. Justru saat ini beking politisi dan koncoisme dahulu dikenal dengan KKN. Apalagi jika koncoismenya politisi yang menjabat menteri maka intervensinya akan cukup intensif.

Kita perlu melihat secara komprehensif kasus sambo. Sejatine ora ono opo-opo sing ono dudu. Polisi seakan begitu buruk, pada hal dibalik itu ada intervensi-intervensi yang cukup kenthal di tubuh polri. Penyidik sekarang banyak tekanan. Siapa lagi jika bukan karena intervensi politik dari tubuh kabinet atau politisi-politisi kerdil yang sedang menjabat pada birokrasi pemerintahan.

Intervensi tidak berhenti disitu saja, bahkan pada level eslon satu atau dua cukup mudah menjadi pion atau boneka orang-orang yang merasa kuat karena hubungan koncoisme. Apalagi setelah masuknya regulasi bahwa eslon satu atau dua tersebut bukan lagi masuk dalam katagori jabatan kariier, maka tidak sedikit dilevel dirjen atau direktur akan diintervensi oleh politisi. Tentu politisi yang menjabat seperti menteri atau sekelasnya.

Dilevel eslon satu atau dua tentu Jokowi tidak begitu memperhatikan namun para menterinya akan bermain. Bahkan tidak sedikit konspirasi-konspirasi diberbagai bidang terjadi. Para menteri biasanya akan menggunakan kaki tangan dirjen dan direktur untuk memuluskan berbagai konspirasi dalam birokrasi pemerintahan.

Konspirasi adalah suatu persekongkolan untuk menjalankan rencana besar. Kata-kata konspirasi selalu menarik minat banyak orang. Mendengar kata konspirasi, yang terlintas pasti adalah teori-teori konspirasi yang dihubungkan dengan berbagai peristiwa besar.

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indoensia atau KBBI, kata konspirasi adalah persekongkolan atau komplotan. Sedangkan pelaku yang menjalankan konspirasi ini disebut dengan konspirator.

Para konspirator berusaha mengerjakan rencana konspirasi mereka secara mulus dan rapi sehingga orang tidak mengetahuinya sedikit pun. Hal inilah yang membuat konspirasi sulit untuk dibuktikan.

Konspirator akan muncul melalui berbagai organisasi atau bahkan komunitas tertentu. Saat ini lebih kenthal komunitas dari ikatan alumni yang mendominasi. Siapa presidennya akan menentukan liku-liku orang-orang almuni bermain.

Saat Presiden SBY maka yang menguat adalah alumni Akabri dan juga IPB tempat SBY mendapat gelar doktor dari IPB. Jenderal TNI (Purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah ditugaskan dalam Operasi Seroja di Timor-Timur pada periode 1979–1980 dan 1986–1988 ini meraih gelar doktor (Ph.D.) dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 3 Oktober 2004. Dr H Susilo Bambang Yudhoyono MA (SBY) kemudian ditetapkan sebagai Guru Besar (profesor) dalam bidang ilmu Ketahanan Nasional di Kampus Universitas Pertahanan, Kompleks IPSC, Sentul, Bogor. Maka saat itu dominasi alumni IPB cukup kenthal.

Saat ini Jokowi sebagai alumni UGM. Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) membeberkan serangkaian bukti bahwa Presiden Joko Widodo merupakan alumni Fakultas Kehutanan UGM th 1980. Tentu alumni UGM yang kita kenal sebagai Kagama menguasai liku-liku politik dilingkungan Jokowi.

Saat ini ditubuh kampus-kampus di Indonesia lebih kenthal bermain politik dari pada orang politik sendiri. Partai politik sendiri terkadang ditelikung dan dibuat permainan oleh politikus kampus. Bukan rahasia umum pendidikan kampus sejak tumbangnya orde lama lebih diwarnai oleh politik praktis dan hal itu menjalar cukup pesat melalui para alumninya. Banyak politikus kampus yang mencari jalan pintas untuk meraih kekuasaan, dan itu bukan rahasia umum.

Politikus kampus pada akhirnya memainkan konspirasi-konspirasi dalam berbagai bidang kemudian berkembang dan menjamur melalui tangan panjang alumni. Sehingga sekelas eslon satu apalagi eslon dua akan bertekuk lutut diketiak alumni yang memiliki kedekatan dengan kekuasaan.

Negeri ini krisis akan nilai moral dan nilai-nilai kejujuran. Bahkan banyak munifikun yang muncul dan menjamur melalui kampus tempat pendidikan yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral dan etik. Kelemahan dalam kabinet Jokowi adalah mulai tumbuh dan berkembangnya koncoisme dan kroneisme melalui tangan-tangan panjang kampus (alumni).

Sayang prestasi spektakuler dan Profesionalisme kepemimpinan Jokowi dicidrai oleh pembonceng gelap dari para alumni. Bahkan mulai digrogoti dan dirongrong oleh para konspirator yang haus kekuasaan dan haus kehormatan. Bahkan BUMN dan BUMD mulai dibanjiri pendukung Jokowi.

Masih ingat ketika Jokowi menyebut calon presiden nanti adalah berambut putih. Jokowi sempat bicara terkait pemimpin berambut putih yang menurutnya berarti memikirkan rakyat. Jokowi kini buka suara dan menyebut tokoh yang masuk dalam kriteria itu. Siapa yang dimaksud Jokowi tentu banyak yang menafsirkan Ganjar (Ketua Kagama). Secara emosional memiliki kedekatan karena alumni. Dan tentu UGM akan bermain pada politik silent untuk mempertahankan kekuasaan melalui alumninya. Bukan rahasia umum setiap wisudawan selalu dibekali dan dicekoki “jangan sampai anda melupakan almamater kalian”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar