![]() |
Oleh : Prof. DR. H. Widhi Handoko, SH, SpN Akademisi dan Praktisi Hukum |
Jokowi masih meninggalkan PR BESAR
birokrasi pemerintahan berpola “bahola” birokrasi pemerintahan yang kita kenal
KKN jaman orde baru hidup kembali. Masih ingat jaman orde baru yang sering
catut nama TNI atau aparat penegak hukum. Saat ini catut nama meluas tidak
sekedar TNI atau aparat penegak hukum. Justru saat ini beking politisi dan
koncoisme dahulu dikenal dengan KKN. Apalagi jika koncoismenya politisi yang
menjabat menteri maka intervensinya akan cukup intensif.
Kita perlu melihat secara komprehensif
kasus sambo. Sejatine ora ono opo-opo sing ono dudu. Polisi seakan begitu
buruk, pada hal dibalik itu ada intervensi-intervensi yang cukup kenthal di
tubuh polri. Penyidik sekarang banyak tekanan. Siapa lagi jika bukan karena
intervensi politik dari tubuh kabinet atau politisi-politisi kerdil yang sedang
menjabat pada birokrasi pemerintahan.
Intervensi tidak berhenti disitu saja,
bahkan pada level eslon satu atau dua cukup mudah menjadi pion atau boneka
orang-orang yang merasa kuat karena hubungan koncoisme. Apalagi setelah
masuknya regulasi bahwa eslon satu atau dua tersebut bukan lagi masuk dalam
katagori jabatan kariier, maka tidak sedikit dilevel dirjen atau direktur akan
diintervensi oleh politisi. Tentu politisi yang menjabat seperti menteri atau
sekelasnya.
Dilevel eslon satu atau dua tentu Jokowi
tidak begitu memperhatikan namun para menterinya akan bermain. Bahkan tidak
sedikit konspirasi-konspirasi diberbagai bidang terjadi. Para menteri biasanya
akan menggunakan kaki tangan dirjen dan direktur untuk memuluskan berbagai
konspirasi dalam birokrasi pemerintahan.
Konspirasi adalah suatu persekongkolan
untuk menjalankan rencana besar. Kata-kata konspirasi selalu menarik minat
banyak orang. Mendengar kata konspirasi, yang terlintas pasti adalah
teori-teori konspirasi yang dihubungkan dengan berbagai peristiwa besar.
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa
Indoensia atau KBBI, kata konspirasi adalah persekongkolan atau komplotan.
Sedangkan pelaku yang menjalankan konspirasi ini disebut dengan konspirator.
Para konspirator berusaha mengerjakan
rencana konspirasi mereka secara mulus dan rapi sehingga orang tidak
mengetahuinya sedikit pun. Hal inilah yang membuat konspirasi sulit untuk
dibuktikan.
Konspirator akan muncul melalui berbagai
organisasi atau bahkan komunitas tertentu. Saat ini lebih kenthal komunitas
dari ikatan alumni yang mendominasi. Siapa presidennya akan menentukan
liku-liku orang-orang almuni bermain.
Saat Presiden SBY maka yang menguat
adalah alumni Akabri dan juga IPB tempat SBY mendapat gelar doktor dari IPB.
Jenderal TNI (Purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah ditugaskan
dalam Operasi Seroja di Timor-Timur pada periode 1979–1980 dan 1986–1988 ini
meraih gelar doktor (Ph.D.) dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada 3 Oktober 2004. Dr H Susilo Bambang Yudhoyono MA
(SBY) kemudian ditetapkan sebagai Guru Besar (profesor) dalam bidang ilmu Ketahanan
Nasional di Kampus Universitas Pertahanan, Kompleks IPSC, Sentul, Bogor. Maka
saat itu dominasi alumni IPB cukup kenthal.
Saat ini Jokowi sebagai alumni UGM.
Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) membeberkan serangkaian bukti
bahwa Presiden Joko Widodo merupakan alumni Fakultas Kehutanan UGM th 1980.
Tentu alumni UGM yang kita kenal sebagai Kagama menguasai liku-liku politik
dilingkungan Jokowi.
Saat ini ditubuh kampus-kampus di
Indonesia lebih kenthal bermain politik dari pada orang politik sendiri. Partai
politik sendiri terkadang ditelikung dan dibuat permainan oleh politikus
kampus. Bukan rahasia umum pendidikan kampus sejak tumbangnya orde lama lebih
diwarnai oleh politik praktis dan hal itu menjalar cukup pesat melalui para
alumninya. Banyak politikus kampus yang mencari jalan pintas untuk meraih
kekuasaan, dan itu bukan rahasia umum.
Politikus kampus pada akhirnya memainkan
konspirasi-konspirasi dalam berbagai bidang kemudian berkembang dan menjamur
melalui tangan panjang alumni. Sehingga sekelas eslon satu apalagi eslon dua
akan bertekuk lutut diketiak alumni yang memiliki kedekatan dengan kekuasaan.
Negeri ini krisis akan nilai moral dan
nilai-nilai kejujuran. Bahkan banyak munifikun yang muncul dan menjamur melalui
kampus tempat pendidikan yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral dan
etik. Kelemahan dalam kabinet Jokowi adalah mulai tumbuh dan berkembangnya
koncoisme dan kroneisme melalui tangan-tangan panjang kampus (alumni).
Sayang prestasi spektakuler dan
Profesionalisme kepemimpinan Jokowi dicidrai oleh pembonceng gelap dari para
alumni. Bahkan mulai digrogoti dan dirongrong oleh para konspirator yang haus
kekuasaan dan haus kehormatan. Bahkan BUMN dan BUMD mulai dibanjiri pendukung
Jokowi.
Masih ingat ketika Jokowi menyebut calon presiden nanti adalah berambut putih. Jokowi sempat bicara terkait pemimpin berambut putih yang menurutnya berarti memikirkan rakyat. Jokowi kini buka suara dan menyebut tokoh yang masuk dalam kriteria itu. Siapa yang dimaksud Jokowi tentu banyak yang menafsirkan Ganjar (Ketua Kagama). Secara emosional memiliki kedekatan karena alumni. Dan tentu UGM akan bermain pada politik silent untuk mempertahankan kekuasaan melalui alumninya. Bukan rahasia umum setiap wisudawan selalu dibekali dan dicekoki “jangan sampai anda melupakan almamater kalian”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar